Hidup Bersama dalam KRISTUS: Ruth Haley Barton #Part_1
Buku ini
mengambil kisah Perjanjian baru tentang dua murid yang sedang menempuh
perjalanan dari Yerusalem ke Emaus setelah akhir pekan paling traumatis dalam
hidup mereka (Lukas 24 : 13 – 35).
First Chapter
ANTARA KINI DAN
HAL-HAL YANG AKAN TERJADI
Lukas 24 : 13-14
Bab ini berisi tentang bagaimana
ketika mimpi dan ilusi pupus. Kita bekerja atas pemahaman kita sendiri mengenai
komunitas, tetapi lalu kecewa ketika semua berantakan dan relasi hancur.
*Komunitas Kristen bukan dan tidak
pernah tentang kita*
Komunitas adalah tentang kehadiran
Kristus yang mengubahkan --- semua yang akan Dia kerjakan di dalam dan melalui
dan di antara kita.
Tidak satu pun
dari kita bisa hidup atas dasar kata-kata dan perbuatan kita sendiri, tetapi
hanya dengan Firman dan perbuatan-Nya yang sungguh-sungguh menyatukan kita.
Seperti kedua murid Yesus yang berjalan dari Yerusalem
ke Emaus yang adalah jalan antara saat ini dan hal-hal yang akan terjadi nanti.
Hal ini bisa disebut sebagai ‘ruang liminal’ atau ‘ambang batas’ yang mengacu
pada transisi yang dibutuhkan ketika kita berpindah dari satu ruang atau
kondisi tertentu ke kondisi lainnya.
Hingga akhirnya menimbulkan KRISIS
BATINIAH: Anda telah meninggalkan sesuatu yang pernah Anda
jalani dan benar (atau ia telah meninggalkan Anda), tetapi Anda belum dapat
menggantikannya dengan sesuatu yang lain.
Seperti kisah-kisah pada Kitab Suci tentang:
·
Abraham
meninggalkan tanah kelahirannya menuju negeri yang tidak ia ketahui
·
Yusuf
di sumur kering
·
Yunus
di perut ikan
·
Maria
yang meratap di kubur Yesus
·
Kleopas
dan murid yang tidak disebutkan namanya pada perjalanan ke Emaus
Pada kondisi
inilah terlihat bahwa Kleopas dan murid yang tidak disebutkan namanya ini yang
mengalami peristiwa dahsyat sebelumnya à dapat terbuka dan membuka diri pada orang yang baru
saja ditemuinya. Mereka membuka kesempatan bagi Yesus untuk mendekat.
Hlm.30
Catatan Alkitab
menunjukkan bahwa seseorang bisa saja berada di dekat Yesus sepanjang waktu dan
tetap tidak berubah.
Adalah Yudas
Iskariot yang adalah salah satu dari 12 rasul, orang paling dekat dengan Yesus,
dapat pula mengkhianati-Nya.
Adalah Petrus
yang karena ketidaktahuannya dan penolakannya terhadap kehendak Allah dalam
hidup Yesus, menyangkal Dia saat disalib.
“Kita bisa saja sangat mencintai Yesus tetapi alih-alih beriman, kita masih menyerah pada ketakutan.”
Oleh karena itu,
perlu TRANSFORMASI ROHANI:
Proses dimana
Kristus dibentuk dalam diri kita --- untuk kemuliaan Allah, hidup kita sendiri
yang berkelimpahan, dan kepentingan orang lain.
Ada sesuatu yang
mengubahkan yang memerlukan komitmen kita untuk diubahkan dalam hadirat
Kristus melalui praktik membuka diri terhadap Dia secara penuh.
Second Chapter
YESUS DATANG
MENDEKAT: Menyambut Orang Asing
Lukas 24: 15-17
Bab ini diawali dengan kisah penulis
yang introvert yang dimana bertemu orang baru membuat suasana tidak nyaman. (It
happened to me too. My introvertness is in the level as I prefer…much prefer to
stay at home all day than to go to some places even just to eat or entertained
myself.)
Namun, kehidupan rohani menyambut
orang asing ke dalam percakapan kita, rumah kita, hati mereka,, dan hidup
mereka hingga tanpa kita sadari, kita telah menjamu malaikat. (Ibrani 13: 2)
? Tetapi mungkinkah orang asing yang
‘nyelonong’ masuk ke dalam hidup kita dengan ‘sikapnya yang sama sekali
berbeda’ itu sesungguhnya telah diutus Allah sebagai sarana kasih karunia ?
Jika kita tidak berani keluar dari zona nyaman, dan percaya bahwa orang asing yang diutus Allah dalam hidup kita memiliki peran atas kita, kita tidak akan pernah tahu apa yang terhilang.
Seperti Yesus
dengan “ketidaktahuan-Nya: pada situasi di jalan ke Emaus membuat Dia menjadi
sangat asing. Yesus tampaknya tahu kebutuhan mereka menceritakan kisah itu dan
membuka diri sepenuhnya di depan Dia, Seorang yang tahu cara menyimak dengan
baik à hingga pada akhirnya, Dia dapat menolong mereka
menemukan makna peristiwa yang sedang mereka jalani.
Apa yang tampak tanpa harapan dari
sudut pandang manusia à kini diberi makna rohani yang begitu dalam. Yesus
yang menjadi ‘orang asing’ ini degan cepat menjadi lebih dari sekedar teman
untuk mendengar kerinduan mereka.
Bab ini juga menceritakan bahwa
pengalaman mengundang orang lain ke rumah kita juga bisa mengembangkan
kesadaran diri yang penting à hingga kita bisa bertransformasi lebih lanjut.
Seperti pada kisah Abraham dan Sara yang menyambut 3 orang asing yang ternyata
adalah malaikat dan juga kisah Yesus bersama Kleopas dan murid lainnya di
perjalanan ke Emaus.
“Aku adalah orang asing dan engkau menyambut Aku…”
Saya disadarkan bahwa kesediaan
untuk menerima perbedaan adalah penting. Keterbukaan dan penerumaan terhadap
momen-momen bersama orang lain, baik yang kurang menyenangkan atau yang membuat
hati kita bernyala-nyala à dapat menjadi salah satu momen menyambut Kristus
dalam diri kita.
Saya juga perlu berhati-hati dalam
menjadikan pengalaman saya sebagai ukuran atas segala hal, tetapi menerima
‘orang lain’ dengan memasuki dan mengizinkan diri sendiri dipengaruhi oleh
pengalaman orang lain.
“Bukan iman kita yang goyah atau kerohanian kita yang kuat yang menghubungkan kita dengan Kristus yang bangkit, melainkan keramahtamahan dan persahabatan kita yang paling sederhana.” –Amy Hunter-
Third Chapter
MEREKA DIAM
& TAMPAK MURAM : Memilih Mendengarkan bukan Memperbaiki
Lukas 24: 17-19
Momen khusus di jalan ke Emaus ini
semakin membuat saya jatuh cinta pada Yesus dimana Dia mengajukan pertanyaan
yang bagus, menunggu dengan sabar untuk memeriksa pikiran dan emosi kita, dan
kemudian mengajukan pertanyaan tindak lanjut yang akhirnya membantu kita
mengatakan apa yang perlu kita katakana.
Ketika kita menjadi pendengar akan
keluh kesah seseorang, yang sering sekali dilakukan adalah terburu-buru masuk
dan mengisi kekosongan dengan kata-kata:
- Nasihat
- Usaha menghibur dengan niat baik (“Saya tahu perasaanmu.”)
- Pengisi (“Saya yakin Allah punya rencana…”
Sisi gelap dari niat baik ini adalah bahwa kita
mungkin juga memiliki sedikit “messiah complex”. Kita mungkin menikmati
kesempatan menjadi juru selamat dengan kecanduan “membantu” karena kita merasa
lebih baik dengan diri kita sendiri. Atau kita berfokus pada diri sendiri
sehingga tidak dapat membiarkan pengalaman pribadi orang lain menjadi
pengalaman mereka, tanpa membuatnya berkaitan dengan diri kita.
Ada kualitas dalam mendengarkan! dan bersama-sama
dengan Yesus dalam situasi kehidupan kita à bisa membuka sudut pandang baru dan wawasan rohani
sejati, atau juga memberikan kemampuan untuk melepaskan dan pasrah pada situasi
tertentu sebagaimana adanya. Kita mendengar untuk mengetahui keinginan atau
pimpinan Allah bagi orang itu.
“Saya mendengar dengan serius” untuk memahami hati
Allah dan doa Allah bagi Anda sehingga saya bisa bergabung dengan Allah dalam
doa itu.
“Saya memandang Allah, saya menatap Anda, dan saya terus memandang Allah.” –Julian from Norwich-
Hal ini memunculkan apa yang disebut
dengan PERSAHABATAN ROHANI yang dimulai ketika kita bersama-sama menerima
panduan dasar dalam mendengar hal-hal khusus daripada menduga-duga bahwa kita
masing-masing tahu bagaimana caranya.
…to be continued…
Comments
Post a Comment