Hidup Bersama dalam KRISTUS: Ruth Haley Barton #part_3
Seventh Chapter
DIA MENJELASKAN ISI ALKITAB KEPADA MEREKA
Menemukan Kisah Kita dalam Kisah-Nya
Lukas 24: 27
Bab ini
menceritakan tentang bagaimana kita mendapati diri kita dalam kisah-Nya. Kalau
saya pribadi, mendapati diri saya seperti Barnabas dan sedang berjuang dengan
kenyataan bahwa saya lebih merupakan seorang pendorong di belakang panggung
daripada pemimpin yang berdiri di depan.
Berjumpa
dengan Kristus di Alkitab berarti membantu mereka menemukan diri mereka sendiri
dalam kisah Alkitab, seperti yang terjadi pada kedua murid di Jalan ke Emaus.
Mereka berjumpa dengan hadirat Yesus yang mengubahkan di dalam dan melalui
kisah Alkitab dan dalam kisah mereka sendiri.
Di
sanalah Allah berurusan dengan kita, kebutuhan kita, dan dosa-dosa kita, dalam
hukuman dan kasih karunia. Kita bukan hanya menjadikan Allah sebagai pengamat
dan tokoh dalam kehidupan kita saat ini, melainkan kita adalah pendengar yang
penuh hormat dan tokoh dalam tindakan Allah dalam kisah kudus, sejarah Kristus
di bumi…
Melibatkan
Alkitab membuka diri kita sendiri untuk berjumpa dengan hadirat Kristus yang
nyata ketika kita berjalan bersama. Studi Alkitab merupakan dasar bagi
kehidupan Kristen, informasi sendiri tidak akan menghasilkan perubahan. HANYA
PERJUMPAAN DENGAN KRISTUS yang mengubahkan kehidupan yang bisa melakukan hal
itu.
Ketika
kita melibatkan Alkitab untuk mengalami transformasi rohani, kita ditarik ke
dalam hubungan dengan Kristus. Kita dilibatkan pada tatanan pikiran, hati kita,
emosi kita, tubuh kita, keinginan kita, imajinasi kita, dan kehendak kita.
Yesus membukakan Kitab Suci bagi kita sehingga kitab-kitab itu menjadi instrument
karya-Nya, bukan alat untuk kepentingan kita sendiri. Dan kita menanggapi apa
yang kita baca dengan seluruh keberadaan kita --- hati, jiwa, pikiran, dan
kekuatan.
Ada 3
praktik yang bisa membantu kita menyatukan praktik-praktik kelompok melalui
halaman-halaman Alkitab yang membantu kita berjumpa dengan Kristus:
- Mendapati diri sendiri dalam kisah tersebut
- Memilih bahan bacaan Alkitab
- Mempraktikkan lectio divina
1. Saat
persiapan dengan hening (silencio)
2. Membaca
(lectio) perikop Alkitab
3. Merenungkan
(metidatio)
4. Merespon
(oratio)
5. Beristirahat
(contemplation)
6. Menginkarnasikan
Firman (incarnatio)
à setiap orang ditentukan membawa “firman” mereka dalam
hidup sehari-hari sehingga dapat memutuskan apa artinya itu bagi mereka
“Pembacaan rohani bukan sekedar mengumpulkan informasi, mendapat pandangan dan pengetahuan baru. Selama kita membaca Alkitab atau buku rohani, kita juga membaca hal-hal rohani dengan cara rohani. Hal ini menuntut kesediaan untuk ‘membaca’, dan juga ‘dibaca’, bukan sekedar ‘menguasai’ tetapi juga ‘dikuasai’ oleh perkataan (Kitab Suci). Jika kita sekedar untuk mendapatkan pengetahuan dari membaca Alkitab, pembacaan kita tidak akan membantu kita dalam kehidupan rohani kita." - Henri Nowen –
Eighth Chapter
BUKANKAH HATI KITA BERKOBAR-KOBAR?
Mengenali Kehadiran Kristus
Lukas 24: 29-32
Bab
ini dibuka oleh pertanyaan yang menarik…”Pernahkah Anda menjalin percakapan
yang terasa begitu menyenangkan sehingga Anda tidak ingin mengakhirinya?” Jika
perasaan itu ada, maka begitu pulalah perasaan kedua murid di Jalan ke Emaus
saat mereka mendekati pintu keluar ke desa dan sudah tiba waktunya untuk
berpisah. Percakapan mereka dengan Yesus begitu berbeda dalam nada, kualitas,
dan isinya sehingga mereka tak ingin berhenti dan mendesak-Nya untuk tetap
tinggal.
Yesus
dan kedua murid memilih tinggal bersama, membuka kemungkinan untuk perjumpaan
lebih lanjut, tingkat pemahaman yang lebih dalam, dan pengertian yang benar. Tinggal
bersama berarti memiliki “komitmen stabilitas” --- tekad seseorang untuk tetap
setia pada satu hubungan tertentu.
“Komitmen stabilitas…menyelesaikan satu problem menuntut pertumbuhan, meskipun menyakitkan, hal itu membebaskan.”
“Kesetiaan adalah batas yang memaksa kita untuk berhenti berlari dan berjumpa dengan Allah, dengan diri sendiri, dan dengan orang lain sekarang.”
Pilihan
Yesus untuk tinggal dan makan bersama dengan murid-murid ini merupakan ekspresi
keinginan-Nya untuk memperbarui persekutuan dengan mereka setelah perjalanan
yang mereka lalui bersama. Perubahan yang dilakukan Yesus dari menjadi tamu jadi
menjadi tuan rumah (memecah roti, mengucap syukur) menggambarkan titik penting
di jalan antara kini dan hal-hal yang akan terjadi. Hal ini adalah perubahan
dari ilusi bahwa kita memegang kendali atas hubungan kita dengan Kristus dan
kesadaran bahwa Yesus lah yang membimbing, mengendalikan, dan menjaga
perjalanan kita.
“Menemukan Allah dalam segala hal sehingga kita bisa mencintai dan melayani Allah dalam sesama.” – St. Ignatius dari Loyola –
Belajar
mengenali kehadiran Kristus dalam semua aspek kehidupan membutuhkan KARUNIA
MEMBEDAKAN: menuntut kita mampu mengamati ketika hati kita berkobar-kobar
dengan kesadaran bahwa Yesus dekat; kemampuan untuk memahami dimana Allah
bekerja sehingga kita bisa ambil bagian di dalamnya. Hal ini bisa dikembangkan dengan
melalui: 1)kesunyian & keheningan, 2) doa & perenungan ayat-ayat
Alkitab, 3) pengenalan dan pengujian diri sendiri, 4) ritme kerja &
istirahat yang sehat, 5) menghormati hikmat tubuh kita, 6) persahabatan &
komunitas rohani.
Kemudian
mereka (murid-murid yang berjalan ke Emaus) sekarang memiliki hati yang
berkobar-kobar saat Yesus menyertai dalam perjalanan mereka dan mereka akan
selalu mampu mengenalinya. Mereka belajar mengenal Yesus bukan hanya melalui
kehadiran-Nya secara fisik, melainkan melalui dampak kehadiran-Nya dalam hati
mereka.
Ninth Chapter
LALU MEREKA MENCERITAKAN APA YANG TERJADI
Kamu adalah Para Saksi atas Semua Ini
Lukas 24: 33-35
Kleopas
dan murid lain yang tidak disebut namanya harus meninggalkan “pusat keagamaan”
itu (Yerusalem) untuk berjumpa dengan Yesus di jalan hidup mereka sendiri. Tetapi
sekarang mereka kembali ke Yerusalem dengan pemahaman bahwa kehadiran Yesus tidak
terbatas pada pusat keagamaan. Terkadang, kita harus menarik diri dari
kehidupan yang sudah kita kenal dan menempuh perjalanan intim dengan
teman-teman untuk berjumpa sepenuhnya dengan Yesus.
Dan
tidak butuh waktu terlalu lama, Ia mengutus kita dengan perkataan, “Kamu adalah
saksi semua ini.” Hampir segera kita menemukan kebenaran kehidupan rohani
lainnya: transformasi kita di dalam Kristus juga demi orang-orang lain yang
belum mengenal Dia.
“Perjalanan
ke dalam harus mendahului perjalanan ke luar.”
Alasannya:
kita harus berakar kuat dalam kasih Allah tanpa syarat untuk melihat dan
mengenal orang lain dnegan benar; kita harus mengalami transformasi di dalam
dan melalui kehadiran Kristus yang hidup sebelum kita bisa mengundang orang
lain ke dalam perjalanan transformasional.
Sesungguhnya,
penginjilan adalah undangan untuk mengalami transformasi rohani yang ditawarkan
oleh seseorang yang bisa menyaksikan transformasi tersebut dalam hidup mereka.
Penginjil terbaik adalah orang-orang seperti murid-murid di Jalan ke Emaus yang
tidak menunggu untuk menceritakan kepada orang lain apa yang telah terjadi pada mereka di jalan dan bagaimana Yesus
berjumpa dengan mereka.
Hal
terpenting à kemampuan untuk mengenali apa bagian yang harus kita
lakukan di tengah-tengah semua ini dan tidak bergantung pada hikamt dan
kekuatan manusia.
Dapat
dibayangkan bahwa kehidupan rohani kita seperti lingkaran hubungan konsentris
(pusatnya sama). Lingkaran dalam = tempat paling pribadi dimana kita berjumpa
dengan kehadiran Kristus. Lingkaran luar = komunitas dimana perjalanan
transformasi didukung dan dikaitkan dalam hubungan dengan orang-orang terdekat
kita. Lalu dari komunitas, kita bergerak ke luar menuju lingkaran dunia.
Transformasi
rohani menghasilkan kapasitas untuk mengenal kehendak Allah yang semakin besar
sehingga kita bisa sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah dalam dunia.
Melalui peristiwa murid-murid menempuh perjalanan dari Yerusalem ke Emaus dan
kembali lagi; dan pada setiap tahap sepanjang jalan, kehadiran Yesus ada di
sana, yang membuat hati kita berkobar-kobar ketika kita menempuh jalan yang
sama.
“Kristus tidak memiliki tubuh, selain tubuh Anda. Tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki di bumi selain tangan dan kaki Anda. Mata Anda adalah mata yang melaluinya Dia memandang dengan penuh belas kasihan pada dunia, kaki Anda adalah kaki yang dengannya Dia berjalan melakukan kebaikan. Tangan Anda adalah tangan yang melaluinya Dia memberkati dunia… Kristus tidak memiliki tubuh di dunia selain tubuh Anda.” –Teresa from Avila-
Comments
Post a Comment