Introduction

Mungkin gw bukan siapa-siapa. Aku ini manusia jalang kalau katanya mas Chairul Anwar. Emang bener kan? Kita ini manusia yang penuh kesalahan dan dosa dan parahnya sering ngerasa ga kayak gitu. Kebenaran datang dari pengertian kita sendiri sehingga menutup telinga bagi suara-suara lain, termasuk suara Tuhan.

Oke, cukup ya intermezzo nya...
Sekarang tentang gw...Gw lahir di RS Restu, Cililitan. Katanya sih pas masih bayi tiap malem pasti gw nangis...dan pada suatu malam, gw nangis super duper kenceng eh taunya ada maling berkeliaran dan alhasil berkat tangisan gw itu sang maling gagal mendapatkan penghasilan haramnya...yeay :) Gw menghabiskan masa kecil di Jalan Cimanuk, Ngawi sampai taman kanak-kanak (baca: kindergarten). Pas krisis moneter tahun 1998, untungnya gw di Ngawi jadi ga merasakan anarkisme orang-orang yang kalap akibat susahnya perekonomian saat itu. Keluarga kami seperti terpencar: Bapak di India, Mama di Jakarta, gw dan adek gw di Ngawi dalam suasana damai bersama eyang tercinta...
Gw sempet ga diterima masuk sekolah dasar dengan alibi: kurang umur, padahal sih karena gw dari daerah yang tidak diperhitungkan oleh orang pada umumnya...tapi amangboru gw yang kebetulan juga mau memasukkan anaknya (baca: sepupu) ke sekolah yang sama memperjuangkan gw sampe akhirnya masuk melalui berbagai tes yang ribet di saat calon murid lain ga pake tes-tesan segala.

Yah itulah masa kecil...kalo orang bilang dan suruh, "Lupain aja! Itu kan masa lalu!" tapi bagi gw masa lalu itu pengalaman yang membentuk kita, identitas siapa kita. Fleksibel aja sih. Kalo bagus, ya dipertahankan. Kalo buruk, ya diperbaiki jadi baik. Tapi sebenernya kembali lagi ke yang di atas: baik atau buruk kan hasil dari pembenaran kita sendiri...dan biasanya kalo udah punya pengertian sendiri jadi tutup telinga pada pembenaran murni yang datangnya dari pencipta kita.

Bagi orang-orang yang membaca blog ini, ga perlu ngerti kok dengan apa yang ditulis karena kadang sang penulis juga tidak memahami makna kata yang tersirat maupun tersurat di dalamnya. Karena membaca suatu tulisan itu paling mengasikkan dengan miliaran kata yang tidak terbatas pada pengertian sang penulis tapi juga tak terbatas bagi pembacanya.

Comments

Popular Posts