Renungan Minggu, 25 Februari 2018

Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."
Matius 17: 20

Ayat ini sering saya dengar berkali-kali pada beberapa khotbah. Namun, ibadah minggu ini menampilkan hal yang menarik tentang HIDUP DALAM IMAN. Saya percaya Tuhan menjaga dan memelihara hidup saya. Apakah itu cukup? Bagaimana jika saya dihadapkan pada suatu kondisi yang membuat saya ragu untuk memilih antara Dia atau yang lainnya? Dan saya berdalih bahwa nantinya jika saya tidak memilih Dia, saya percaya Tuhan akan tetap memelihara.... Kemudian saya benar-benar jatuh dalam keterpurukan. Saya mempertanyakan iman saya. Apakah iman saya terlalu kecil untuk mendapatkan pemeliharaan-Nya?

...Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu....

Hanya dibutuhkan iman sebesar biji sesawi untuk melakukan hal yang mustahil. Bagaimana saya dapat mengukur iman saya? Refleksikan diri sendiri, yaitu apakah kita sudah dapat memindahkan gunung yang ada di hidup kita? Gunung permasalahan, gunung keterpurukan, gunung kekecewaan, gunung kesedihan... Bagaimana respon saya ketika persoalan datang? Bagaimana respon saya ketika yang saya inginkan tidak tercapai dan tidak mungkin akan tercapai? Apa yang saya lakukan ketika hati dan pikiran ragu untuk mengikuti-Nya? 


Roma 4: 18-21
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.


Abraham sungguh percaya pada Tuhan dan pada janji-Nya tanpa ragu, walaupun hal itu sangatlah tidak mungkin baginya, bagi logika berpikir kita. Manakah mungkin perempuan bisa mengandung setelah menopause? Tetapi Tuhan tetap menggenapi janji-Nya pada Abraham. Dan janji Tuhan ini tidak berlaku bagi Abraham saja, tetapi bagi kita juga, umat manusia saat ini.


Roma 4: 22-25
Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja,
tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,
yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.


Hidup dalam iman. Hari ini saya belajar dari tokoh Abraham. Iman telah menyelamatkannya walaupun tidak ada dasar untuk berharap. Ia tidak bimbang karena fakta logis di hadapannya yang bisa saja membuat Abraham mempertanyakan janji Tuhan kepadanya, tetapi malahan ia diperkuat dalam imannya dan lebih luar biasanya, Abraham memuliakan Allah untuk sesuatu yang belum tentu bisa terjadi jika dari pikiran manusianya. Dalam kehidupan sehari-hari, saya seringkali dihadapkan pada kondisi dimana saya bisa tidak mempercayai peran Tuhan karena fakta dan ilmu yang saya dapat memang berkata tidak mungkin. Atau pada kondisi dimana saya harus mengikuti arus dunia karena jikalau tidak, hidup saya ke depannya akan menjadi bencana. Saya tidak memiliki iman, tidak sekecil pun, untuk berani percaya penyertaan Tuhan. Saya masih terbelenggu dengan logika dan pemikiran saya. Saya masih takut dengan yang terjadi nanti jika tetap memilih untuk percaya kepada Tuhan. Saya lupa bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar daripada kekuatan manusia, entah itu raja ataupun orang berkuasa. Saya lupa bahwa Tuhan berperan sangat besar dalam kehidupan saya. Saya menerima dengan cuma-cuma. Saya mendapatkan berkat-Nya setiap hari tanpa perlu meminta. 


Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-muridNya, Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-muridNya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."
Markus 8: 33-35



Keselamatan telah diberikan secara cuma-cuma. Janji-Nya sangat jelas yaitu kehidupan bahagia yang kekal bersama Tuhan. Saat ini: Apakah kita memiliki iman untuk percaya akan janji-Nya? Apakah kita sudah hidup dalam iman kepada Tuhan seperti Abraham? 


Selamat hari minggu! Tuhan memberkati.


Comments

Popular Posts