Unfinished

Beberapa saat yang lalu, aku membaca sebuah buku yang aku pinjam dari PMKK library di kampus. Entah kenapa aku merasa ingin membaca sebuah buku. Sebenarnya saat itu, aku sedang ingin mencari apa yang harus aku lakukan dalam kehidupanku. Setelah kulihat-lihat, sebuah judul menarik perhatianku. Unfinished: Mengisi Lubang di Dalam Injil Kita dan Memenuhi Panggilan Kita di Dunia. Memang kupikir ada sesuatu yang hilang. Ada sesuatu yang belum selesai. Ada sesuatu yang belum terungkap. Lalu aku putuskan meminjam buku itu dan membacanya.

Butuh waktu lama untuk membacanya. Entah kenapa di awal aku snagat bersemangat tapi di tengah-tengah aku mulai bosan sehingga beberapa saat tidak aku sentuh buku itu. Baru saat kembali ke Semarang, tempat aku mengalami banyak pertumbuhan rohani, aku mulai membacanya lagi. Dan buku itu ternyata sungguh menarik! Nah, aku mau sharing tentang apa yang aku dapat, apa yang ada di dalam buku itu secara singkat....

Makna, tujuan, dan arti hidup hanya dapat ditemukan dengan menyelaraskan hidup kita dengan tujuan Allah, yaitu di dalam hidup yang sepenuhnya mengikut Kristus. Sepenuhnya! Bukan pekerjaan kita, bukan cita-cita dan impian kita, yang memberi tujuan hidup, tetapi sebaliknya, tujuan hidup lah yang memberi makna bagi yang lain. Bagi semua yang disebutkan di atas. Jadi, pertama-tama kita harus menemukan tujuan hidup itu barulah ia akan memberi makna kepada apapun yang akan kita kerjakan nanti.

Allah menciptakan masing-masing kita secara unik. Ada istilah dalam dunia sekarang ini, yang disebut 'truthiness', yaitu sifat yang suka pada konsep yang diingini jadi kenyataan daripada fakta yang sudah terbukti nyata. Kita, manusia, seringkali memiliki konsep kita sendiri tentang kebenaran. Bisa berbeda dengan kebanyakan orang atau bisa juga sama. Namun, bukan berarti berbeda dengan kebanyakan orang adalah konsep yang salah, maupun sebaliknya. Bagaimana kita bisa mendapatkan kebenaran yang sejati? Dan jika kita sudah mengetahuinya, apakah kita mau untuk menjadikannya konsep baru di kepala kita menggantikan konsep lama kita? Tentu sangat sulit mengubah pola pikir kita. Apalagi jika sejak kecil kita sudah menerima konsep tersebut atau jika lingkungan sekitar kita memang sewajarnya menerima konsep itu. 

Kita membangun hidup di atas asumsi tentang kebenaran dan realitas. Jika kita membangun asumsi itu di atas batu yang kokoh, maka kita akan bertahan. Matius 7: 24-27
24."Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26Tetapi orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Pertanyaan yang muncul sekarang, bagaimana kita memahami misteri terbesar hidup ini? Penulis buku itu menggambarkan bahwa kita, manusia, punya tiga pilihan:
     1. Mempercayai tidak ada kisah apapun
         Orang-orang tipe ini sering melantur ke sana kemari dalam hidup. Mereka melakukan apapun yang rasanya enak sampai waktu berhenti ( 2 Petrus 3: 3-4). Mereka berpikir cara pandang tentang kebenaran pada tiap ornag berbeda-beda dan ketika itu bertentangan, berarti tidak ada suatu hal yang sungguh salah atau benar, sehingga satu-satunya cara menyelesaikan persoalan adalah dengan kekerasan dan kekuasaan. Ini merupakan gambaran dunia tanpa kebenaran.

     2. Ciptakan kisah kita sendiri
         Merancang sendiri kebenaran versi kita sendiri tetapi tidak memaksa orang lain untuk ikut menghidupinya. Hal ini mirip seperti truthiness yang sudah disebutkan sebelumnya. (2 Timotius 4: 3-4). Akibatnya, orang-orang tipe ini bisa menghasilkan manusia super jahat atau malaikat. Mereka punya kesamaan dalam memahami tujuan hidup manusia, yaitu "kebahagiaan". Beberapa dengan cara yang benar seperti malaikat, tetapi beberapa dengan cara yang salah (berbohong, membunuh, mencuri dibenarkan asal biar bahagia). Dan ini menjadi kebenaran yang tidak jelas.

     3. Menjadi bagian dari kisah Allah
         Di sini, Allah sebagai penulis dan kita tokoh-Nya (Yohanes 1:12). Kita punya bagian peran dalam kisahnya Allah dan biarkan Allah yang menulis kisah hidup kita. Kebenaran itu penting! Yesus tidak berkata bahwa percaya hal-hal benar akan membentuk dasar yang kokoh, melainkan percaya pada perkataan-Nya.


Lalu, gimana kita bisa tahu rancangan Allah? 
"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 55: 8)
Yaitu: dengan mengamati apa yang telah Dia ciptakan, lewat kisah-kisah dalam Kitab Suci (ada 66 kitab dari Kejadian sampai Wahyu), serta merenungkan Firman dan berdoa.

Kita tidak dapat benar-benar memahami misi Yesus, kecuali kita memahami bahwa Dia adalah penggenapan dari seluruh kisah Perjanjian Lama. Kenapa ini dibahas? Karena kita seringkali menganggap Perjanjian Lama sulit dipahami dan kita cenderung menghindari membahasnya.

"Kisah di sepanjang Kitab Suci adalah kisah tentang sebuah kasih Bapa kepada anak-anak-Nya. Ini adalah kisah tentang Bapa yang dengan setia merangkul anak-anak yang menolak-Nya. Ini adalah sebuah kisah tentang Bapa yang penuh kasih dan tidak pernah menyerah menyatakan kasih-Nya." (Yohanes 3: 16)


Mengapa Yesus pergi?
Saya percaya Yesus memilih pergi, karena ada sesuatu yang kritis yang Ia ingin para murid untuk mengerjakannya. Dan Ia berkata bahwa Ia akan kembali setelah pekerjaan ini semua diselesaikan. Pekerjaan yang Yesus tinggalkan untuk kita selesaikan yaitu untuk menegakkan dan membangun kerajaan Allah di bumi. 
"Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28: 19-20)
Bagaimana hal ini bisa mengubah dunia? Tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap dunia. Jika kita adalah para tokoh di dalam kisah ini, di dalam kisah yang Allah ciptakan, berarti kita diciptakan secara khusus untuk menjalankan sebuah peran kunci. Dan...makna puncak hidup kita pasti dapat ditemukan dengan memahami di mana kisah kecil kita terkait dengan kisah besar Allah. 

Allah memilih untuk tidak menyelesaikan kisah ini dan mengikat semua kesimpulan dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Nah, sekarang kita harus merengkuh cara pandang Tuhan terhadap dunia. Kita harus melihat dunia seperti Kristus melihatnya, mengasihi dunia seperti Kristus mengasihinya, hidup di dunia dengan cara yang Kristus ingin kita menjalaninya.


Di bab selanjutnya, penulis mengenalkan tentang Kerajaan Magis, Kerajaan Tragis, dan Kerajaan Allah. Kerajaan Magis ialah sekumpulan orang Kristen yang telah dinaungi dan dibentuk oleh budaya yang makmur dengan dunia serba enak dan nyaman. Sedangkan Kerajaan Tragis adalah dimana banyak orang yang sengsara dan penuh ratapan. Di sini penulis ingin menggambarkan bagaimana kita dengan kehidupan nyaman kita seringkali berteriak-teriak dalam nyanyian kita, tetapi kita tidak tahu atau lebih tepatnya menghindari orang-orang meratap dalam kesengsaraannya karena tidak mau meninggalkan zona nyaman kita.

Tidakkah kita harus mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:33) dan bukannya mencari kerajaan yang kita bangun sendiri? Dia, Allah kita yang sungguh besar itu, menciptakan kita untuk hidup sebagai warga dari Kerajaan yang sedang dibangunnya dan juga untuk mengundang orang-orang lain turut bergabung. Inilah misi kita. Inilah sebuah panggilan untuk menjadi mitra Allah untuk menegakkan sebuah tatanan dunia.


#MISI ALLAH
Bedanya pembuat keputusan dengan murid adalah.... Seorang pembuat keputusan mempunyai rencana sendiri di hidupnya dan hanya mempercayai pada perkara yang benar. Sedangkan seorang murid mempelajari kebenaran, meniru Gurunya, dan menata hidup sesuai ajaran-Nya. 

Injil adalah seluruh kisah tentang Yesus, bahwa Kerajaan Allah telah datang saat ini dan Yesus adalah Raja. Jika kita merenungkannya, setiap tindakan yang telah dibuat Allah dari sejak di Taman Eden sampai seterusnya adalah sebuah undangan. Allah memanggil semua anak-anak-Nya tak terkecuali untuk kembali dalam heubungan dengan Bapa. Tapi, kita, anak-anak-Nya malah menolak undangan-Nya. Dia tidak menyerah. Allah berulang-ulang melakukan undangan-Nya supaya kita menyadari kesia-siaan upaya kita dalam merintis jalan untuk menjalin hubungan dengan Dia. Dan..akhirnya, setelah merentang usaha yang gagal dari anak-anak Allah, Dia kemudian intervensi, yaitu dengan kedatangan Kerajaan Allah di dalam Yesus. (Roma 5:6-7)


Semua dimulai dengan transformasi pribadi kita. Yesus mengajar kita sebuah cara berbeda dalam menjalani hidup berdasar pada kebenaran-Nya, nilai-Nya, dan prioritas-Nya. Kita mengawalinya dengan menaklukan diri. Kita menggantikan kehendak kita dengan kehendak Allah bagi hidup kita. Kita berkomitmen untuk melangkah dalam proses semakin menjadi serupa Kristus. Jadi, kita perlu membuang pikiran apapun bahwa kita dapat mengikut Yesus menurut syarat kita sendiri.

Berikut ini apa yang disebut 'Langkah Kitab Suci', yaitu langkah yang dapat membawa kejelasan lebih besar pada kerinduan universal dalam mengenali kehendak Allah dalam hidup kita:

  1. Berkomitmen
  2. Berdoa
  3. Mempersiapkan diri
  4. Menaati
  5. Bertindak
  6. Percaya
Kemudian, kita perlu mengingat bahwa ada beberapa hal yang dapat menjadi perangkap rohani:
     1. Kita menghargai keyakinan lebih dari tingkah laku (Yakobus 2: 18-19)
         Tanda dari seseorang yang mengenal Tuhan adalah ketaatannya, bukan pengetahuan akan doktrin.
     2. Kita telah mengganti peringatan dengan penjelasan (Lukas 9: 23)
         -menantang kita untuk lebih banyak bertindak daripada hanya sekedar kata-kata
     3. Kita telah berpaling ke dalam, bukannya ke luar (Matius 5: 13)
         -fokus pada diri sendiri, tapi tidak pada orang sekitar
     4. Membiarkan ketidakpedulian mengganti kemarahan
         -kita marah dengan keadaan kita, sehingga bersikap acuh terhadap penderitaan sesama di sekitar kita, kemarahan membuat kita tidak peduli
     5. Memprioritaskan institusi lebih dari revolusi
         -kita harus kembali mempertanyakan perkembangan gereja apakah untuk misi Allah atau sekedar kemewahan dunia?


Kita hidup dalam kondisi 'belum', tetapi Allah melihat di dalam kondisi 'sudah'. Kita melihat hari ini dan kemarin, bukan hari esok. Allah melihat ketiganya sekaligus. Lalu, bagaimana kita harus hidup? Kita harus menunggu "sampai saat itu terjadi". Sampai saat itu terjadi, kita diperintahkan untuk mengasihi sesama, menjadi terang & garam bagi dunia, kita menjadi hati, tangan, dan kaki Kristus. Hidup dengan menunjukkan kasih Kristus pada dunia. Jangan berpikir kita tidak bisa. Jangan merasa kita lemah. 

"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti." (1 Korintus 1:27-28)







Comments

Popular Posts