Hari Pancasila di Rumah Pengasingan (Bagian 2)


1 Juni 2018



Saat Presiden Soekarno masih tinggal di Rumah Pengasingan di Berastagi, Belanda datang menemui Soekarno dan memaksa beliau menandatangani surat yang dimana isi surat tersebut adalah untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terjadi pada tanggal 27 Desember 1948. Setelah Soekarno membaca isi surat tersebut, beliau langsung menolak tegas, "Sampai kapanpun, surat ini tidak akan saya tanda tangani." Kemudian, karena Soekarno tetap tidak mau menandatangani surat tersebut, akhirnya, keesokan harinya pada tanggal 28 Desember 1948, Soekarno dibujuk kembali oleh Belanda dengan cara diberikan hadiah berupa 1 peti uang Gulden dan ditambah 1 peti pakaian mewah agar beliau mau menandatangani surat tersebut. Dan Soekarno tetap pada pendiriannya, "Sampai kapanpun, surat dan hadiah ini tidak akan saya terima." 


Pada waktu malam harinya, Presiden Soekarno yang tetap tidak mau menandatangani surat untuk mengagalkan kemerdekaan Indonesia itu, dijumpai oleh pemimpin tentara Belanda. Beliau dibujuk kembali untuk mau menandatangani surat yang disodorkan Belanda. Kemudian Presiden Soekarno memberi jawaban, "Saya tanya dulu sama anak saya." Pemimpin tentara Belanda bertanya pada Presiden Soekarno, "Siapa anaknya?" dan beliau menjawab, "Dari Sabang sampai Merauke. Karena saya adalah pemimpinnya rakyat. Kalau rakyat setuju, barulah surat ini saya mau tanda tangan." Dan hal ini sangat tidak memungkinkan bagi Soekarno maupun pemimpin tentara Belanda. 


Belanda tetap menginginkan gagalnya kemerdekaan Indonesia melalui Soekarno. Akhirnya dari situlah, tentara Belanda berniat meracuni beliau melalui pelayannya, Karno Subiran (kalau saya tidak salah dengar, silahkan dikoreksi jika salah...) yang sehari-hari menyiapkan makanan dan segala keperluan Soekarno di rumah pengasingan. Pelayan ini seorang yang berasal dari Jawa Tengah dan diberangkatkan ke Sumatera Utara oleh Belanda untuk bekerja di perkebunan milik Belanda dari tahun 1937 dan karena rajin, pelayan ini dipercaya untuk melayani Presiden Soekarno selama di Rumah Pengasingan di Berastagi. Usaha Belanda untuk meracuni Presiden Soekarno akhirnya gagal karena pelayan Soekarno tersebut tidak mau melakukan apa yang disuruh Belanda. "Masa pemimpin saya sendiri mau saya racuni." Kemudian racun tersebut dibuang oleh pelayan tersebut dan ia memberitahukan kepada Soekarno apa yang hendak dilakukan Belanda terhadap Soekarno melalui dia. 

"Bapak, saya diperintahkan untuk meracuni Bapak." 
Beliau pun menjawab, "Kenapa tidak kamu lakukan?"
"Karena Bapak adalah pemimpin saya."

Dari percakapan inilah, Soekarno merangkul pelayannya itu dan memberikan dua pesan: Pesan pertama, 'Jalankan perintah dan rahmat Allah!' dan pesan yang kedua adalah 'Jangan kamu mengambil hak orang lain kalau itu bukan milikmu!' 
"Karena kemerdekaan Indonesia ini bukan dari harta dan kekayaan yang ada di Indonesia, atau canggihnya persenjataan kita, tetapi adalah dari berkat rahmat dan hidayah dari Allah." 

Oleh karena posisi Soekarno sudah diketahui oleh Pasukan Siliwangi, beliau bersama KH Agus Salim dan Sutan Syahrir dipindahkan dari Rumah Pengasingan di Berastagi menuju ke Parapat melalui jalan darat. Di Rumah Pengasingan Soekarno di Parapat ini, Soekarno menjalani masa pengasingannya selama kurang lebih 2 bulan bersama KH Agus Salim, sedangkan Perdana Menteri Sutan Syahrir dibawa Belanda ke Jakarta, dipisahkan dari Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri KH Agus Salim. Di dalam pengasingannya di Parapat, Soekarno dilayani oleh 2 orang, yaitu seorang bermarga Sitindaon dan seorang bermarga Sinaga (yang selanjutnya kita panggil dengan Ompu Sitindaon dan Ompu Sinaga). Rumah ini dijaga ketat oleh Belanda. Hanya kedua orang inilah yang boleh keluar masuk rumah dan bertemu dengan Soekarno, walaupun dengan penjagaan juga oleh tentara Belanda. Soekarno dilayani oleh Ompu Sitindaon saat di dalam rumah, sedangkan saat di luar rumah dilayani oleh Ompu Sinaga.  


Selama 2 bulan di Rumah Pengasingan Parapat ini, Soekarno dijaga ketat oleh para tentara Belanda layaknya kehidupan seorang tawanan. Bahkan, kabar tentang dirinya yang diasingkan di Parapat tidak diketahui banyak orang. Walaupun begitu, Soekarno tetap berupaya berkomunikasi dengan dunia luar melalui kedua orang pelayannya itu yang kebetulan juga bekerja sebagai pedagang. Setiap kali makan, Soekarno minta disediakan daging paha ayam dan setelah makan, beliau menuliskan surat. Soekarno menyisipkan surat ke dalam tulang paha ayam tersebut dan berpesan pada Ompu Sitindaon bahwa di antara sisa makanan Beliau, ada surat yang terselip pada tulang paha ayam. Soekarno menyuruh Ompu Sitindaon untuk menyerahkan surat tersebut kepada siapapun pemimpin pejuang kemerdekaan yang dapat dipercaya olehnya. Begitu pula saat Soekarno berjalan-jalan di luar rumah, Beliau minta dibawakan sayur kangkung. Dari situlah, Soekarno menyelipkan juga surat yang ditulisnya untuk pejuang kemerdekaan yang mereka-reka keberadaannya pada batang kangkung tersebut. Seikat kangkung dititipkan Beliau kepada Ompu Sinaga yang melayani di luar rumah untuk diberikan kepada pemimpin gerakan kemerdekaan yang dimana salah satu batang kangkung tersebut berisikan surat yang ditulis Soekarno. 


Pertemuan antara para pelayan Soekarno di Rumah Pengasingan Parapat dengan para gerilyawan Indonesia yang ada di sekitar Parapat di  terjadi di Pasar Tiga Raja, Parapat. Dari sinilah, para pejuang kemerdekaan Indonesia mengetahui kondisi Soekarno yang sedang diasingkan di Parapat. Dan begitu pula untuk mengetahui kondisi negara saat itu, Soekarno juga meminta dibawakan koran terbaru dengan tanggal terbit dan nama koran yang sudah digunting dan dibuang supaya tidak diketahui oleh Belanda bahwa apa yang dibaca Soekarno merupakan koran terbaru. Melalui berbagai kejadian yang menurut saya, sangat detail perencanaannya pada zaman itu, Soekarno, walaupun di dalam pengasingan, tetap dapat berkomunikasi tentang kondisi Negara dan dirinya, serta memberikan komando kepada gerilyawan-gerilyawan Indonesia di luar untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada akhirnya, gerilyawan Indonesia berencana melakukan misi penyelamatan untuk membebaskan Soekarno. Dan saat hari yang ditentukan, para gerilyawan segera menyerbu Rumah pengasingan Soekarno di Parapat. Namun, sebelum berhasil mendekat, pasukan tentara Belanda berhasil menggagalkan pembebasan Soekarno di pengasingannya. Setelah itu, Soekarno dipindahkan ke tempat pengasingan di Pulau Bangka dan berkumpul kembali bersama Moh. Hatta.


Begitu dahsyatnya sebuah cerita sehingga membuat saya tidak dapat berkata apapun selain 'KEREN'. Tidak pernah saya mendengar kisah ini di bangku sekolah dulu. Kisah yang membuat saya bangga menjadi orang Indonesia. Kisah yang menggetarkan jiwa nasionalisme. Kisah yang seharusnya diturunkan dan disebarluaskan di setiap buku-buku sejarah di sekolah. Kisah yang seharusnya tidak dipendam oleh karena pemerintahan masa lampau. Apa maksudnya frasa terakhir tadi? hmm... mungkin bisa dipikirkan sendiri dulu, nanti saya akan tulis lagi apa yang saya pikirkan tentang frasa tersebut.


Selamat menikmati kemerdekaan! Selamat menikmati keberagaman yang dipersatukan melalui Pancasila! :)






Comments

Popular Posts