Mencintai Proses

Coba baca deh di kitab Ayub pasal 10 ayat 1-22. Perikop ini berkisah tentang curhatan Ayub saat dicobai Tuhan. Ayub terus menanyakan kenapa Tuhan kok ngasih cobaan dan sengsara yang berat banget padahal dia ga ada salah di mata Tuhan. Trus Ayub juga merasa, untuk apa Tuhan ngasih dia penderitaan sampai se-menderitanya kayak gitu. Mending Ayub kembali aja ke debu tanah (baca: meninggal) daripada sisa hidupnya dikasih penderitaan kayak gitu sama Tuhan. 

"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau berperkara dengan aku. .... Tangan-Mu lah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku? Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat, tetapi Engkau hendak menjadikan aku debu kembali? Bukankah Engkau yang mencurahkan aku seperti air susu, dan mengentalkan aku seperti keju? ..... Hidup dan kasih setia Kau karuniakan kepadaku dan pemeliharaan-Mu menjaga nyawaku...."


Kesempurnaan hidup tidak terjadi secara instan, tetapi melalui tahap-tahap proses. Untuk menghasilkan kehidupan yang sempurna, Tuhan memakai ujian hidup sebagai cara untuk membentuk hidup kita. Penghiburan bagi kita adalah bahwa pencobaan yang kita alami ialah pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan kita. Allah itu setia, Dia tidak akan membiarkan kita jalan sendiri.

Bukankah kita seringkali seperti Ayub? Kita berada dekat sekali dengan Tuhan. Kita taat pada panggilan-Nya. Tetapi dalam titik tertentu, seperti Ayub, kita mulai mengeluh tentang penderitaan-penderitaan kita. Rentetan penderitaan membuat kita mempertanyakan kebijakan Tuhan atas semua kemalangan kita. Namun, Tuhan sangat mengerti penderitaan yang kita alami dan Dia pun memberi kita kekuatan untuk menanggungnya.

Setiap proses diizinkan-Nya untuk menjadikan kita semakin indah di mata-Nya. 
Marilah kita mencintai proses pembentukan-Nya. 


Comments

Popular Posts