21 years of Life (part 2)

Bagian kedua hidupku selama dua puluh satu tahun kehidupan yang sudah Tuhan berikan adalah saat dimana aku masuk dan berada di FK Undip. Awal masuk, aku bukan tipe orang yang langsung bisa menjalin pertemanan dekat dengan orang baru. Bahkan kadang aku cenderung menghindari komunitas yang baru. Tapi aku mencoba tersenyum dan mengobrol santai pada teman-teman baruku. 

Bercerita tentang FK Undip, di awal pencarian kost, aku pertama kali kost di daerah dekat Wonder Ria. Mama dan aku berberes kamar dan membeli barang-barang yang diperlukan sambil menilik keadaan dan kondisi sekitar. Hampir setiap malam terdengar musik dari taman bermain itu. Hmm...mungkin karena weekend pada saat itu jadi rame, pikirku. Lalu Mama menemukan banyak keanehan. Sambil kami berjalan mencari tempat laundry, sang pemilik laundry sedikit aneh seperti suka akan hal-hal gaib Jawa gitu (hmm apa ya namanya? kejawen ya?) Lalu kami mencari warung makan. Ada beberapa warung makan di sekitar situ hingga akhirnya kami berjalan ke sudut kampung dan menemukan...Hutan. What is it? Kenapa ada Hutan di tengah kota gini? pikirku. Di pinggir hutan itu, tidak jauh dari jalan kecil yang kami lewati tadi, ada sebuah warung makan kecil dan sederhana dari bambu. Kami ditawari makan. Tapi Mama menolak. Awalnya aku gatau alasannya apa. Kami pulang akhirnya dan bertemu penghuni kost lain. Ada sebuah keluarga: Ibu, Bapak, dan dua anak kecilnya. Kami berbincang-bincang. Dan yang mengejutkan kami adalah Ibu itu bilang kalau sebaiknya kami segera pindah dari tempat ini. Lho kenapa? Ibu itu menceritakan pengalamannya yang pernah dipalak Bapak yang punya kost yang ketika itu sedang mabuk bersama teman-temannya. Dia bilang tempat itu kurang baik untuk aku. Beliau juga akan segera pindah segera setelah rumahnya selesai direnovasi. Mama diam. Kami pergi membeli kabel di tempat yang tidak jauh dari situ. Bapak penjualnya juga berkata hal yang sama. Lingkungan ini tidak aman, katanya. Sering ada perampokan dan pembunuhan. Mama masih diam.

Besoknya, aku mulai PMB hari pertama. Aku belum tahu saat itu kendaraan apa yang akan kugunakan, sehingga Mama meminta Bang Atok (salah satu abangku yang juga kuliah di Undip sejak 2009) untuk mengantarku ke Undip Pleburan. Abangku telat (mungkin karena pagi banget berangkatnya dan dia dari Tembalang atas) dan akhirnya aku pun telat hingga dihukum. Well, it's okay cuman suruh nyari jurnal. Pulangnya, aku dijemput Mama. Kulihat Mama sedikit marah. Aku tidak tahu kenapa, Mama menyuruhku cepat berjalan pulang naik taksi yang sudah dipesannya. DI dalam taksi, Mama cerita untuk aku segera pindah kost ke tempat yang Mama sudah cari tadi saat aku PMB. Segera sesaat aku sampai di kost, aku membereskan barang-barang yang sudah kususun ke dalam taksi tanpa terlihat bapak kost saat itu. Ibu dengan keluarganya yang sempat ngobrol dengan kami kemarin juga ikut membantu. Akhirnya kami pergi. Tanpa jejak karena tidak ngomong apa-apa ke bapak kost. Tanpa mengharapkan uang kost yang sudah dibayar sebulan penuh kembali.

Akhirnya aku tahu bahwa Mama menyimpulkan lingkungan kost ku itu berbahaya. Selain itu, letaknya yang jauh dari kampus dan sulit kendaraan juga jadi pertimbangan. Mama bercerita tentang bagaimana ia mendapatkan kost yang baru itu. Jadi...saat Mama dan Bang Atok mencari kost di daerah Gn. Brintik, tiba-tiba Bang Atok harus pergi ke kampusnya untuk urusan skripsi. Lalu Mama sendirian mencari dan bertemu Kak Mumu (yang akhirnya aku tahu kalo dia pmkk 2008). Mama berbincang dan menanyakan kost yang masih kosong padanya. Kak Mumu menghubungi Kak Nana yang saat itu kost nya masih kosong satu. Langsung Mama pergi diantar Kak Mumu ke kost itu. Tak pikir panjang, Mama langsung mem-booking kamar itu untuk hari itu juga. Di sini aku merasa Tuhan luar biasa baiknya. Tuhan mengirimkan orang-orang yang bahkan belum aku kenal saat itu untuk menunjukkan jalan terbaik-Nya. Apa yang terjadi jika aku tetap di kost lama itu? Aku tidak bisa membayangkannya. Aku juga sangat bersyukur pada saat itu, Tuhan memberikan Mama yang cepat tanggap dengan planning yang bagus. Sungguh bersyukur, sangat bersyukur.

Aku bertemu Ayu Welly, teman satu kost yang sama-sama FK Undip angkatan 2012. Aku juga berkenalan dengan kakak-kakak yang kost di sana (ternyata semuanya FK :)). Lalu sama Kak Nana, aku mengucapkan terima kasih. Kami saling bercerita dan akhirnya aku tahu kalau dia pmkk 2008. Setiap hari aku berjalan kaki ke kampus di Gunung Brintik, kadang bersama Ayu, kadang sendiri. Saat hari minggu, aku pergi ke gereja di dekat Kariadi, yaitu GKI Gereeformeed (maaf kalo tulisannya salah hehe). Banyak anak-anak pmkk yang sering kutemui di sana. Tapi aku ga selalu gereja di situ. Kadang aku gereja sama Bang Atok ke GKI Peterongan atau bersama Kak Nana ke gereja yang sama. 

Saat semester satu adalah saat-saat yang menyenangkan menurutku. Aku bisa kenal dengan banyak teman baru dan yang terutama aku bisa kenal pmkk 2012. Saat semester satu adalah saat dimana kami, pmkk 2012 sering main bareng. Nonton bioskop rame-rame, pergi jalan-jalan ke Jepara... Di situlah aku mulai merasakan keluarga. Sampai-sampai aku malas untuk pulang ke Jakarta saat liburan semester satu karena ingin terus bersama keluarga baruku ini (ciee banget lah haha :D). Selain itu, aku juga bertemu teman-teman lain: Mitha yang asik diajak jalan bareng Ayu juga, Weni yang halus banget dari ngomong sampai sikapnya, Siti yang terlihat muda tapi ternyata paling tua seangkatan, dan masih banyak lagi. 

Tidak hanya kesenangan duniawi yang kurasakan. Kesenangan rohani juga mulai bertumbuh. Aku belajar bersaat teduh yang di mana dulu menurutku, aku tahu inti dari Firman Tuhan adalah berbuat baik. Tapi ternyata aku semakin diperlengkapi dengan pengertian bahwa mana kita tahu mana yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan kalo kita ga pernah baca Alkitab? Aku juga senang bisa mendapatkan keluarga KTB: Kak Dina dan Stefani. Mereka berdua tipe yang pendiam. Sedangkan aku tipe yang mudah ter-influence dengan ornag di sekitar. Kalo mereka pendiem, aku cenderung diam juga. Tapi sekarang aku mencoba menjadi orang yang mencairkan suasana.

Oh iya momen POR dan MPP juga menjadi momen berarti dalam hidupku selama 21 tahun ini. Saat itu aku ikut main basket di POR walaupun aku ga jago-jago banget. Dan ternyata memang kami kalah dengan sedikit gesekan tapi yang penting kami senang :). Lalu mulailah latihan-latihan MPP... Setiap selesai anatomi kami berkumpul berlatih menyanyi dan gerakan untuk MPP. Kadang sampai jam 9 atau 10 malam. Ah aku jadi teringat saat di sela-sela latihan aku seperti kesetanan memerankan gerakan zombie. Entah apa yang dipikiranku saat itu (sumpah pas sekarang inget kejadian itu, aku jadi malu bangeett!!!). Ooh kalo ga salah itu karena abis nonton film zombie: Resident Evil makanya aku ngikutin gerakannya. Beneran deh waktu itu kok aku gatau malu banget ya? Ada kakak kelas juga padahal yang ngelatih dan liat aku kayak gitu. Tapi kalo diinget lagi, saat itu aku bisa menghibur orang lain dengan aksi konyolku itu. Mungkin ada yang lelah dengan kuliah dan anatomi sebelum latihan tadi tapi dengan apa yang kulakukan mereka jadi ketawa dan ga stres deh hahaha (sebagai excuse doang biar ga malu-malu amat)

Semester tiga, aku masuk dalam kepengurusan pmkk. Sebenarnya itu suatu kebetulan yang juga jadi rencana Tuhan yang luar biasa bagiku. Jadi...pas liburan akhir semester dua, aku ngerasa kok kayak hidupku gini-gini aja. Kayaknya Tuhan tuh jauh banget. Trus aku jarang doa malam lagi. Dan waktu itu ada tawaran retreat pengurus terbuka buat semua pmkk. Trus aku tanya Ine yang udah lebih dulu jadi pengurus. Aku tanya apakah nantinya aku harus jadi pengurus setelah retreat ini? Dan Ine menjawab, ga kok. Terserah kamu nantinya mau ikut pengurus apa ga. Ya udah dengan pedenya, aku ikut retreat itu di rumah Kak Tita. Di situ ternyata ada Gaby, Komel, dan Manda yang juga baru ikutan. Saat itu motivasiku ikut retreat ya cuman mau memperbarui rohaniku aja. Eh ini malah aku jadi tersentuh untuk ikut ambil bagian dalam kepengurusan pmkk. Kotbahnya pas retreat itu kalo ga salah tentang: Tuhan kan udah kasih banyak hal ke kita nah sekarang apa yang bisa kita kasih buat Tuhan? Lalu aku ditanyai mau masuk departemen apa. Aku jawab Pemerhati dan Kesehatian (P&K). Awalnya kupikir aku suka memperhatikan orang lain, suka bikin orang lain ketawa, makanya aku masuk departemen itu. Dan juga aku tipe orang yang kurang bisa serius dan ga suka rapat-rapat haha. Eh kok ternyata pas banget departemen itu cuma ada Kak Ryan dan dia udah mau koas. Maka aku dan Gaby deh yang masuk ke P&K. 

Selama kepengurusan, aku belajar manajemen waktu untuk diriku sendiri dan waktu untuk orang lain. Ada saat tertentu dimana aku sangat bersemangat melakukan tugasku, mendoakan sesama, dll, tapi ada saat tertentu dimana aku mulai kendor. Ada saat dimana aku mulai lelah dengan setiap pekerjaan yang dibebankan padaku. Dan saat itu, aku juga sempat berpikir kok semuanya aku yang ngerjain? Padahal ada orang lain juga yang bisa mengerjakannya. Kenapa kok aku dilimpahin tugas yang lebih banyak? Padahal aku punya keterbatasan ga punya kendaraan. Gimana aku bisa segera mengerjakan tugas-tugas itu? Namun, akhirnya aku menyadari bahwa selama kita hidup, kerjakanlah apa yang bisa kita kerjakan untuk kemuliaan Tuhan. Sekecil apapun peran kita. Mungkin peran-peran yang tidak terlihat. Dan seberat apapun tugas kita, lakukanlah bagian yang dipercayakan kepada kita. Mungkin aku memang lelah tapi inget terus kalo Tuhan itu udah baik banget kasih banyak hal buat aku di dalam hidup ini dan Dia ga pernah lelah ada di samping kita. 

"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah dalam menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tuags pelayananmu!" (2 Timotius 4:5)

Aku mulai membawa segala pergumulanku di dalam doa. PMKK menumbuhkan imanku dengan berdoa, berpuasa, bersaat teduh, membaca Firman. Dulu hal-hal itu luput dari perhatianku. Ya seperti yang kubilang sebelumnya, aku masih merasa yang menurutku baik, itu yang kulakukan. Dan kita ga akan tahu mana yang baik kalo ga pernah menggali Firman Tuhan. 

Walaupun saat ini aku masih bolong-bolong saat teduhnya, kadang terjadi puncak kemalasan, kadang terjadi penurunan iman, aku mau berusaha menjadi seperti citra Allah, aku mau dibentuk oleh Tuhan menjadi segambar dengan-Nya, aku mau diajar Tuhan lewat orang-orang di sekitarku dan lewat setiap pengalaman yang boleh Tuhan ijinkan untuk aku alami.

Terima kasih, Tuhan, untuk dua puluh satu tahun kehidupan yang sudah aku lewati. Tuhan boleh ijinkan aku melewati kesukaan, kesedihan, kerja keras, masalah, kepedihan, dan berbagai macam ekspresi yang kata-kata sebanyak apapun ga akan cukup menggambarkannya. Biarlah kekuatan-Mu saja yang selalu kuatkan aku di sisa-sisa hidupku ke depan. Aku memang tidak tahu akan hari esok, tetapi langkahku tegap karena aku berjalan bersama-Mu.

Jalan Kedamaian luas dan lebar, memantulkan rancangan besar yang diciptakan dunia kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Seorang pejuang adalah singgasana kekuatan Ilahi dan selalu memiliki tujuan yang lebih mulia. -Morihei Ueshiba-
 




Comments

Popular Posts