21 years of Life (part 1)

Dua puluh satu tahun sudah aku menjalani hidup yang Tuhan berikan. Berbagai memori dan pengalaman telah Tuhan berikan. Ga semua bahagia, kadang berakhir duka. Tapi aku percaya bahwa Allah turut bekerja dalam sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28). Semua hal yang terjadi itu membentuk aku, memproses aku jadi manusia yang Tuhan mau. 

Dari kecil, aku udah sekolah minggu, tempat dimana aku mengenal Tuhan tapi masih secara dangkal. Aku tahu Tuhan itu ada. Aku juga berdoa setiap sebelum makan dan sebelum tidur hanya karena orang dewasa di sekitarku menyuruhnya seperti itu. Lucunya, sampai kira-kira kelas 6 SD, aku masih mengucapkan doa-doa itu dengan kata-kata yang sama yang Eyang contohkan dulu. Ya, setelah itu menambahkan kata-kata doa yang jadi permohonanku, yang jadi unek-unekku. Aku seperti menganggap Tuhan sebagai sahabat. Aku bisa cerita apa aja dalam doaku, bahkan kadang diselingi tawa dan tangis.

Aku orang yang terlalu santai. Emm...maksudnya aku menjalani hidup seperti air mengalir. Yaa Let it flow...Let it flow...Rasanya aku menganggap persoalan-persoalan di depanku itu seperti batu yang ditaruh di tengah sungai dan aku airnya (padahal ga bisa renang, dan ga suka air haha). Kalo ada batu di tengah itu, ya aku sebagai air tinggal puterin aja atau cari jalan lain. Intinya sih aku ga ngeliat masalah itu sebagai sesuatu yang besar. Contohnya apa? 

Kelas 2 SMP maupun SMA itu adalah masa-masa kita bisa main sama temen-teman karena udah lumayan deket kan setahun sama-sama dan belum ikut ujian nasional. Banyak waktu terluang di masa itu. Tapi waktu bersenang-senang itu tidak kusesali. Menurutku, kita harus melakukan apa yang membuat kita bahagia, melakukan apa yang membuat kita senang dan bahagia. Namun, akhirnya pas mau kenaikan ke kelas 3, nilai akademikku diambang batas alias mepet alias dikit lagi bisa ga naik kelas. Aku ga mau itu terjadi. Rugi duit. Kasihan orang tua udah bayar mahal dan harus menanggung malu anaknya ga naik kelas. Aku dipanggil guru. Orang tuaku juga dipanggil. Saat itu aku sedikit takut. Apa bisa ya Tuhan aku mengejar ketinggalanku? Ternyata Tuhan itu memang baik. Dulu aku belum dikasih masalah dan ketakutan. Saat itu Dia kasih aku sedikit masalah untuk aku sadar kalo Tuhan itu berkuasa lhoo. Akhirnya aku tetap naik kelas dengan nilai mepet. Ga apa-apa, pikirku. Aku senang bisa merasakan tangan Tuhan dengan kejadian ini. 

Pas SMA juga, saat penjurusan IPA/IPS/Bahasa, nilaiku lagi-lagi mepet dan ditulis di rapot masuknya IPS. Aku ga mau. Aku ga suka menghafal. Aku meminta Suster kepala sekolah saat itu untuk memasukkan ku ke IPA. Suster ku menolak. Aku sempat menangis saat pulang ke rumah. Lalu hari selanjutnya, aku minta lagi sama Suster. Awalnya, Susterku tetap pada keputusannya. Beliau tanya memangnya aku mau jadi apa nantinya. Kujawab spontan aku ingin jadi dokter. Saat itu hanya pikiran yang terlintas sepintas. Akhirnya Suster memasukkan ku ke IPA dengan janji bahwa nilaiku harus bagus dan jadi dokter. Aku senang, bahagia, saat itu. Hatiku lega. Tuhan lagi-lagi menolongku dengan cara-Nya yang ajaib. Aku disuruh melewati masalah dulu.

Penderitaan tidak mesti membuat orang lebih mulia daripada yang lain. Tetapi mungkin tiap penderitaan memerlukan penghiburan di titik-titik tertentu dan merasa lebih mulia - atas nama pengorbanan - adalah bagian dari ketahanan jiwa.

Tampaknya Tuhan memang tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya. Aku bersyukur bisa diterima di FK Undip. Walaupun itu bukan pilihan pertamaku di SNMPTN tulis, FK Undip adalah pilihan utamaku sebenarnya. Saat menjelang ujian-ujian masuk universitas, aku meningkatkan intensitas doaku. Aku berharap Tuhan yang memutuskan pilihanku. Sebenernya dari hatiku sendiri, aku berpikir untuk pergi merantau. Aku ingin melihat orang-orang di luar Jakarta, merasakan hidup sendiri tanpa keluarga. Bagaimana rasanya ya? Kupikir. Makanya aku berdoa sama Tuhan untuk FK Undip. Padahal sebelumnya aku benar-benar gatau ada universitas namanya Undip hehe :p

Tuhan ternyata ga seratus persen memuluskan jalanku. Aku diterima di FK Undip tapi saat harus bayar uang masuk terjadi sesuatu. Jadi sebelumnya aku udah diterima juga di FK UKI deket rumah. Disuruh bapak sih padahal aku udah bilang ke bapak, udahlah ga usah daftar UKI aku percaya kok tembus SNMPTN ini. Tapi bapak memaksa. Nah kan di UKI udah bayar berapa persennya gitu. Nah, pas mau diambil uangnya setelah dipotong 25%, dari pihak yayasan nya susah banget dimintain. Bahkan sampe tenggat waktu bayar Undip. Aku kesel banget tuh sama UKI. Pernah aku tulis di koran tentang kejadian itu di Surat Pembaca. Trus akhirnya pihak yayasan manggil aku suruh kasih bukti apalah, surat apalah. Aku super kesel pas itu. Aku lempar aja itu surat-surat ke mukanya yayasan itu. Trus aku pergi sambil nangis. Mama di sampingku menenangkan aku. Di jalan aku memaki. Aku sampai bersumpah pokoknya jangan sampai adek-adekku ada yang di UKI. 

Mungkin karena apa yang aku lakukan itu, persoalanku dilirik yayasan. Bendahara yayasan dipecat sampe dia telepon ke Bapak meminta maaf ke aku dan aku ga mau jawab. Rektor mengundurkan diri. Pokoknya jadi kacau. Akhirnya aku bayar Undip ga pake uang dari UKI. Bapak masih punya sedikit simpanan ditambah uang dari Bou. Saat itu, sebenarnya aku juga kecewa sama Bapatua ku yang adalah dosen di UKI, tapi dia ga bisa membantu persoalanku itu bahkan cenderung menutup mata akan hal itu. Tapi ga apa-apa. Aku senang bisa membuat Bapatua ku sedikit kesal karena tulisanku di koran tentang UKI waktu itu. Hahaha :) Ya itulah. Di saat kesukaan datang, bersamaan Tuhan memberi batu sandungan. Bukannya biar aku terjatuh, tapi biar aku belajar bahwa segala sesuatu perlu diperjuangkan termasuk kebahagiaan. Memang aku akan tersandung tapi ga bakalan Tuhan biarin aku jatuh. Aku percaya itu.

Nah, saat-saat memasuki FK Undip, aku semakin mengenal Tuhanku. Apa yang harus kulakukan untuk menyenangkan-Nya, untuk kemuliaan-Nya. Aku bertumbuh secara rohani, mental, dan kedewasaan.....

*to be continued*

"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya."    Mazmur 25:10




Comments

Popular Posts